Kamis, 05 Mei 2011

FIQH MUTSAQAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Musaqah ialah pemilik kebun yang memberikan kebunnya kepada tukang kebun agar dipeliharanya, dan penghasilan yang didapat dari kebun itu dibagi antara keduanya, menurur perjanjian keduanya sewaku akad.
Akad semacam ini diperbolehkan oleh agama, sebagai solusi bagi umat yang perjalanan hidupnya berbeda atau gaya hidupnya berbeda beda, fenomena semacam  ini kita lihat sepanjang kehidupan ini. Hal semacam ini terjadi karena dipengaruhi oleh sumber perekonomeannya yang berbeda. Sebagai contoh, banyak orang yang mempunyai kebun, tapi tidak dapat memeliharanya, sedangkan yang lain tidak memiliki kebun tapi sanggup bekerja. Maka dengan adanya akad musaqah yang diperbolehkan agama keduanya dapat saling membantu satu sama lain sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan baik.
Dari permasalahan ini, penulis bermaksud dalam makalah ini, untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan akad musaqah, supaya tidak terjadi kesalahpahaman tentang akad ini sebab banyak terjadi kesalahpahaman antara kedua orang yang akad/pemilik dengan penggarap.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan musaqah serta landasannya?
2.      Apa saja syarat rukun diperbolehkannya musaqah?
3.      Kapan musaqah dianggap sahih atau fasad?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti dan Landasan Musaqah
1.      Pengertian Musaqah
a.       Secara etimologi, mudaqah مساقاة)) diambil dari asal kata saqiyyun (سقي) yang punya arti penyiraman tanaman.[1]
b.      Secara terminologi.
دفع الشخص نخلا أو شجر عنب لمن يتعهده بسقي وتربية على أن له قدرا معلوما من ثمره
Artinya: “Penyerahan pohon kepada orang yang akan mengurusnya dengan perjanjian akan mendapatkan sebagian dari buahnya”.[2]
معاقدة دفع الأشجار إلى من يعمل فيها على أن الثمرة بينها
Artinya: "Suatu akad dengan memberikan pohon kepada penggarap agar dikelola dan hasilnya akan dibagi di antara keduanya".[3]
وهي أن يعامل المالك غيره على نخل او شجر عنب معروس معين فى العقد مرئي لهما عنده ليتعهد بالسقي ولتربية على أن الثمرة الحادثة اوالموجودة لهما
Artinya: "Mempekerjakan orang lain untuk menggarap kurma atau pohon anggur, dengan perjanjian dia akan menyiram dan mengurusnya, kemudian buahnya yang baru atau yang telah ada untuk mereka berdua" [4]

2.      Asas Legalitas
Akad musaqah diperbolehkan oleh agama karena banyak yang membutuhkannya. Banyak orang mempunyai kebun, tetapi tidak dapat memeliharanya; sedangkan yang lain tidak mempunyai kebun tetapi sanggup bekerja. Maka dengan adanya peraturan ini keduanya dapat hidup  dengan baik, hasil Negara pun bertambah banyak dan masyarakat bertambah makmur[5]
عن إبن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم عامل أهل الخير شرط ما يخرج منهما من ثمر أو زرع  ( رواه مسلم )
Artinya: "Sesungguhnya Nabi SAW. telah memberikan kebun Beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian, mereka akan diberi sebagian dari penghasilannya".

B.     Syarat dan Rukun Musaqah
  1. Syarat-syarat Musaqah
a.       Ahli di dalam akad
b.      Menjelaskan bagian penggarap
c.       Membebaskan pemilik dari pohon
d.      Hasil dari pohon dibagi antara orang yang melangsungkan akad
e.       Sampai batas akhir[6]
  1. Rukun Musaqah
a.       Dua orang yang akad, disayaratkan harus baligh dan berakal.
b.      Obyek musaqah. (semua kebun dan pohon yang berbuah). Akad dilakukan sebelum buah tampak dan dapat diperjual belikan
c.       Pekerjaan. Pekerjaan hendaknya ditentukan masanya, misalnya satu tahun, dua tahun atau lebih. Minimal kira menurut kebiasaan dalam masa itu pohon sudah berbuah
d.      Buah. hasil dari kebun hendaknya ditentukan bagian masing-masing, misalnya seperdua, sepertiga, atau berapa saja asal berdasarkan kesepakatan keduanya pada waktu akad. [7]
e.       Sighat. yang dilakukan kadang-kadang dengan jelas dan samaran, disyaratkan dengan lafadzkan bagi yang mampu berbicara, agar akad menjadi lazim.[8]

C.    Hukum Musaqah Sahih Dan Fasid
  1. Hukum Musaqah Sahih
Hukum musaqah sahih menurut ulama' mempunyai beberapa ketetapan, antara lain:
a.       Segala pekerjaan yang berkenaan dengan pemelihara diserahkan kepada penggarap, sedangkan biaya yang diperlukan dalam pemeliharaan dibagi dua
b.      Hasil dari musaqah dibagi berdasarkan kesepakatan.
c.       Jika pohon tidak menghasilkan sesuatu, keduanya tidak mendapatkan apa-apa.
d.      Akad adalah lazim dari kedua belah pihak. Dengan demikian pihak yang berakad tidak dapat membatalkan akad tanpa izin salah satunya.
e.       Pemilik boleh memaksa penggarap untuk bekerja, kecuali ada uzur.
Penggarap tidak memberikan musaqah pada penggarap lain, kecuali diizinkan oleh pemilik.[9]
  1. Hukum Musaqah Fasid
Musaqah fasid adalah akad yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan syara'. Beberapa keadaan yang dapat dikatagorikan musaqah fasid antara lain;
a.       Mensyaratkan hasil musaqah bagi salah seorang dari yang akad
b.      Mensyaratkan salah satu bagian tertentu bagi yang akad
c.       Mensyaratkan pemilik untuk  ikut dalam penggarapan
d.      Mensyaratkan pemetikan dan kelebihan pada penggarap. Sebab penggarap hanya berkewajiban memelihara tanaman sebelum dipetik hasilnya. Dengan demikian, pemeriksaan dan hal-hal tambahan merupakan kewajiban dua orang yang akad.
e.       Mensyaratkan penjagaan kepada penggarap setelah pembagian atau setelah habis waktu akad.
f.       Musaqah digarap banyak orang, sehingga penggarap membagi lagi kepada penggarap lain.
  1. Habis Waktu Musaqah
a.       Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis;
b.      Salah satu pihak meninggal dunia;
c.       Ada udzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad. [10]


BAB III
KESIMPULAN

Musaqah adalah akad antara pemilik dan pekerja untuk memelihara pohon, sebagai upahnya adalah buah dari pohon yang diurusnya. Muasaqah adalah salah satu bentuk penyiraman.
Syarat Syarat Musaqah:
a.       Ahli dalam akad
b.      Menjelaskan bagian penggarap
c.       Membebaskan pemilik dari pohon
d.      Hasil dari pohom dibagi antara orang yang melangsungkan akad
e.       Sampai batas akhir
Rukun Mesaqah
a.       Dua orang yang akad
b.      Obyek musaqah. (semua kebun dan pohon yang berbuah).
c.       Pekerjaan. Pekerjaan hendaknya ditentukan masanya,
d.      Buah. Hasil dari kebun hendaknya ditentukan bagian masing-masing
e.       Sighat. Harus diucapkan bagi orang yang mampu berbicara.
Musaqah sahih adalah akad yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Musaqah fasid adalah akad yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan syara’.
Habis Waktu Musaqah
a.       Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis;
b.      Salah satu pihak meninggal dunia;
c.       Ada udzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad.


DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Umar, M. Nawawi Tausyih ala Ibnu Qasim. Surabaya, Maktab al-Hidayah

Syafi'I, Rahmat. 2004 Fiqih Muamalah, Bandung, Pustaka Setia.

Syarbini,Muhamad al-Khatabi. al-Iqnak fi Halli al-Fadi abi Syuja' j.II. Jakarta, Darul Fikri

Rasjid, Sulaiman. 1994 Fiqh Islami"Hukum Fiqih Islam Lengkap".Bandung, Sinar Baru Algensindo

As'ad, H. Aliy.1979 Fathul Mu'in, Yogyakarta, Menara Kudus















MUSAQAH (PENYIRAMAN TANAMAN)
MAKALAH
Diajuakan Sebagai Tugas Mata Kuliah
 Fiqih


 











Dosen Pembimbing
Drs. Husni M. Shaleh, M.Ag

Disusun :
Lukmanul Hakim
D01207230


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Atas  segala rahmat dan nikmatnya yang senantiasa dilimpahkan kepada kita semua, sehingga kita masih punya kesempatan untuk menghirup udara segar di jagad raya ini.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. yang telah berhasil merubah tatanan kejahiliyahan menuju tatanan yang islami.
Makalah berjudul Musaqah (Penyiraman Tanaman) ini, disusun berdasarkan kitab-kitab salaf dan buku-buku komtemporer sebagai mana tercantum dalam daftar pustaka. Dalam makalah ini Penulis berusaha untuk menyajikannya secara sederhana ,praktis dan sistematis supaya bisa dipahami, namun usaha maksimal  yang dapat penulis lakukan cuma ini hasilnya, ini karena keterbatasan pengetahuan penulis, jadi apa bila terdapat kesalahan mohon dibenarkan. Terima kasih




Surabaya, 10 Oktober 2009




DAFTAR ISI


KATAPENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I        PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.    Latar Belakang......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... 1

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Arti dan Landasan Musaqah................................................ 2
1.      Pengertian Musaqah........................................................... 2
a.       Etimologi...................................................................... 2
b.      Terminologi................................................................... 2
2.      Asas Legalitas..................................................................... 3
B.     Syarat dan Rukun Musaqah................................................. 3
1.      Syarat Syarat Musaqah....................................................... 3
2.      Rukun Mesaqah.................................................................. 3
C.    Hukum Musaqah Sahih dan Fasid....................................... 4
1.      Hukun Musaqah Sahih....................................................... 4
2.      Hukum Musaqah Fasid....................................................... 4
3.      Habis Waktu Musaqah....................................................... 5

BAB III     KESIMPULAN........................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 7







[1] Ibnu Umar, M. Nawawi Tausyih ala Ibnu Qasim. Surabaya, Maktab al-Hidayah. H.165
[2] ibid, h.165
[3] Syafi'I, Rahmat. 2004 Fiqih Muamalah, Bandung, Pustaka Setia.
[4] As'ad, H. Aliy.1979 Fathul Mu'in, Yogyakarta, Menara Kudus
[5] Syarbini,Muhamad al-Khatabi. al-Iqnak fi Halli al-Fadi abi Syuja' j.II. Jakarta, Darul Fikri
[6], Rahmat  Syafi’i. h. 214
[7] Rasjid, Sulaiman. 1994 Fiqh Islami"Hukum Fiqih Islam Lengkap".Bandung, Sinar Baru Algensindo. 301
[8] M. Nawawi Ibn Umar Al-Jawi. H.165
[9] Rahmat  Syafi’i. h. 216
[10] ibid, 217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar